Perjuangan Hidup Pengusaha Edi Kurniawan

Perjuangan Hidup Pengusaha Edi Kurniawan        Internet ternyata memang sebuah keajaiban di era sekarang ini. Apapun bisa dilakukan lewat internet. Termasuk mencari uang. Hal inilah yang telah dibuktikan oleh Edi S Kurniawan, seorang buruh pabrik yang berhasil merubah nasibnya melalui keajaiban internet. Berikut ini  Awalnya Edi bukanlah siapa-siapa. Ia hanyalah buruh pabrik biasa dengan penghasilan UMR yaitu 2,6 juta per bulan. Edi sadar jika dirinya tak bisa menggantungkan nasib dengan menjadi karyawan terus. Edi pun lalu coba-coba untuk berbisnis.  Namun entah mengapa setiap kali membuka usaha selalu diikuti dengan bangkrut padahal modalnya itu menggunakan uang bank. Utang Edi semakin menumpuk hinggga 50 juta rupiah. Jika ia mencicil 2 juta per bulan maka utangnya akan lunas 10 tahun kemudian dan itu artinya Edi hanya bisa menghidupi keluarganya per bulan hanya dengan uang 600 ribu rupiah, mengingat gajinya hanya 2,6 juta.  Kenyataan pahit ini membuat Edi harus ekstra keras berfikir. Jika ditinjau dari latar belakang pendiidkan, Edi termasuk orang yang beruntung karena merupakan alumni STHI jurusan hukum 2003.  Magang di H. Alay   Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Itulah yang dipegang oleh Edi. Suatu hari sang istri mendengar bahwa ada program magang yang diadakan


Internet ternyata memang sebuah keajaiban di era sekarang ini. Apapun bisa dilakukan lewat internet. Termasuk mencari uang. Hal inilah yang telah dibuktikan oleh Edi S Kurniawan, seorang buruh pabrik yang berhasil merubah nasibnya melalui keajaiban internet. Berikut ini  Awalnya Edi bukanlah siapa-siapa. Ia hanyalah buruh pabrik biasa dengan penghasilan UMR yaitu 2,6 juta per bulan. Edi sadar jika dirinya tak bisa menggantungkan nasib dengan menjadi karyawan terus. Edi pun lalu coba-coba untuk berbisnis.

Namun entah mengapa setiap kali membuka usaha selalu diikuti dengan bangkrut padahal modalnya itu menggunakan uang bank. Utang Edi semakin menumpuk hinggga 50 juta rupiah. Jika ia mencicil 2 juta per bulan maka utangnya akan lunas 10 tahun kemudian dan itu artinya Edi hanya bisa menghidupi keluarganya per bulan hanya dengan uang 600 ribu rupiah, mengingat gajinya hanya 2,6 juta.  Kenyataan pahit ini membuat Edi harus ekstra keras berfikir. Jika ditinjau dari latar belakang pendiidkan, Edi termasuk orang yang beruntung karena merupakan alumni STHI jurusan hukum 2003.


Magang di H. Alay


Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Itulah yang dipegang oleh Edi. Suatu hari sang istri mendengar bahwa ada program magang yang diadakan oleh jaringan toko H. Alay Tanah Abang. H. Alay adalah seorang pengusaha yang memiliki jaringan toko di tanah Abang. Setiap tahun sellau menerima “murid” magang untuk diajari berdagang baju. Mengingat Tanah Abang adalah pusat dari perkulakan tekstil maka Edi pun ikut mendaftar.

Syarat mengikuti magang itu harus bekerja enam hari seminggu selama 3 bulan nonstop dan tidak digaji. Edi pun memilih mengundurkan diri dari tempat bekerjanya agar bisa ikut magang. Sang istri pun sangat mendukung keputtusannya itu. Edi sangat bersyukur sekali istrinya tidak menghalanginya resign dari perusahaan. Apalagi perusahaan juga memberi pesangon 55 juta rupiah. “Saya bersyukur, meski saya mengundurkan diri, tapi pihak manajemen masih memberi pesangon Rp. 55 juta sehingga saya bisa melunasi utang saya. Sisanya untuk modal saya. Dan, karena saya tidak bekerja lagi, istri saya bersedia bekerja kembali di pabrik tas. Itulah bentuk dukungan luar biasa dari istri saya,” ujarnya.

Edi mulai ikut magang sekitar bulan Maret 2007. “Sebab kalau diterusin kerja di pabrik, saya udah enggak semangat. Hampir semua gaji saya habis untuk bayar cicilan utang. Bayangkan, utang saya baru lunas sekitar 10 tahun. Makanya saya semangat pindah quadran,” katanya.

Edi sangat merasakan manfaat magang ditempat H. Alay. Apalagi ketika selesai, Edi dimodali 50 juta untuk mmebuka toko mukenah oleh H. Alay. Edi pun lalu mmebuka lapa sendiri di Tanah Abang blok F3. Dimana ia bekerja sama dengann H. Alay untuk membuka toko pakaian anak. Edi juga dimodali celana anak dari kain perca sejumlah 200 juta.

“Setelah tiga tahun bekerja sama dengan H. Alay, akhirnya saya memutuskan untuk mandiri, maksudnya supaya bisa lebih kreatif mengembangkan bisnis sendiri. Toko offline saya kembalikan kepada pak haji, lalu saya fokus mengembangkan bisnis online,” Ujar Edi.

Edi lalu mencari investor yang mau memberinya investasi 100 juta dengan konsep bagi hasil. “Ternyata semangat bagi hasil sangat mendukung upaya saya mengembangkan bisnis online. Rencana saya kedepan, ingin mengajak toko-toko di Tanahabang membuka toko online. Sambutannya positif bahkan beberapa sangat antusias. Mimpi saya, semoga kawasan Tanahabang bebas macet karena semua transaksi lewat internet,” ujar Edi mantap.

Edi menyewa toko yang berada dikawasan sepi di Tanah Abang alasannya memang dia tidak terlalu butuh keramaian karena semua dikerjakan online. “Saya sengaja memilih lantai yang sepi. Sebab, 100% transaksi bisnis saya lewat internet. Disini lokasi enggak penting. Tempat sepi, sewanya lebih murah. Yang penting, masih ada bau-bau Tanahabang,” ujar Edi.

Edi membuka toko online grosirtanahabang.com dan grosir pakaian bayi dan anak online dimana omset per bulannya lebih dari 100 juta per bulan. Setelah bisnisnya maju pesat, Edi kemudian ingin mengajak orang lain untuk usaha online juga. “Jangan takut berwirausaha karena ternyata tak seberat dan sesulit yang kita bayangkan. Disini saya ingin sharing ilmu dan pengetahuan agar orang yang mulai bisnis tak melewati tahap trial and error yang terlalu berat seperti saya dulu,” ujar Edi.


Membuka Kerja Sama


Edi mengajak orang dengan mengadakan paket kerjasama. “Bahkan, saya siap bantu orang yang mau jualan (pakaian bayi-Red) dan enggak punya modal. Tapi, basisnya tetap toko online,” tambahnya. Syarat yang diajukan Edi pada calon rekan bisnisnya pun gampang, tak sesulit dirinya dulu yang harus ikut magang tanpa digaji dan harus keluar dari pekerjaan yaitu hanya harus memiliki blog dan akun facebook.

Edi akan mengirim foto-foto pakaiannya untuk dipasang di blog atau akun facebooknya dan mereka tinggal mmepromosikannya saja. “Kalau ada pesanan, tinggal salurkan kepada saya. Dari transaksi itu, mereka akan dapat untung. Di sini selain bisa bantu orang, saya juga diuntungkan karena punya ujung tombak pemasaran dimana-mana,” kata Edi mengenai startegi marketingnya.

Edi juga menyediakan lima paket kerjasama usaha, mulai dari paket distributor wilayah dengan modal awal Rp. 10 juta, paket toko bayi (start up Rp. 13 juta dan paket toko lengkap Rp. 46 juta), paket sample produk hingga paket toko online plus produknya seharga 2,5 juta. Terkait dengan paket usaha dan kerjasama yang ditawarkan itu, dia memberikan komitmen penuh dengan menyediakan layanan konsultasi 24 jam, baik dalam manajemen toko online maupun strategi pemasaran.

“Kami juga menyediakan karyawan yang meng-handle pesanan Anda, mulai dari penerimaan, persiapan, packing hingga pengiriman barang. Kami juga selalu siapkan barang lengkap, dengan stok senilai lebih dari Rp. 500 juta sehingga selalu bisa memenuhi pesanan pelanggan,” ujarnya. Edi juga melebarkan sayap bisnisnya dengan mmebuka dua usaha yaitu IT Consulting dan Online Marketing serta dibidang produksi dan distribusi juga penjualan. Proyek Edi ini telah menggarap kaos anak, remaja dan busana muslim dengan kapasitas produksi 3000 lusin per hari.

Itulah Edi. Dengan tekad dan keyakinan “pasti bisa” akhirnya ia mampu menyelesaikan problem hidupnya. Tak hanya utang banknya terlunasi namun juga bisa berbisnis sendiri tanpa harus mengandalkan kerja sebagai buruh. Tentunya hasil yang diperoleh dengan usaha sendiri jauh lebih besar daripada cuman menjadi karyawan.

Lulus magang


Sarjana hukum lulusan STHI Jakarta tahun 2003 itu yakin, di balik kesulitan hidupnya, pasti akan ada suatu kemudahan. Edi mulai merasakan manfaat positif, khususnya pada bulan ketiga magang itu. Saat itu, dia telah diberi kesempatan buka toko mukena sendiri dengan modal dari H. Alay Rp. 50 juta. Selanjutnya, setelah sukses lulus magang, Edi bekerja sama dengan H. Alay membuka toko pakaian anak dan perlengkapan bayi di Blok F 3 Tanahabang. Saat itu, katanya, dia diberi modal awal berupa celana anak dari kain perca senilai Rp. 200 juta.

"Setelah tiga tahun bekerja sama dengan H. Alay, akhirnya saya memutuskan untuk mandiri, maksudnya supaya bisa lebih kreatif mengembangkan bisnis sendiri. Toko offline saya kembalikan kepada pak haji, lalu saya fokus mengembangkan bisnis online,” ujar Edi. Untuk bisnis baru, ia memilih menggalang dana dari para investor. Ia sukses menggalang dana Rp.100 juta.

"Ternyata semangat bagi hasil sangat mendukung upaya saya mengembangkan bisnis online. Rencana saya kedepan, ingin mengajak toko-toko di Tanahabang membuka toko online. Sambutannya positif bahkan beberapa sangat antusias. Mimpi saya, semoga kawasan Tanahabang bebas macet karena semua transaksi lewat internet," ujar Edi mantap.

Setelah melewati perjuangan berat inilah masa dimana Edi S. Kurniawan mencapai masa win (menang). Dia dalam masa tersebut sebaiknya ikut membangun masyarakat. Mereka baik teman- teman atau orang yang belum dikenalnya perlu tau bahwa usaha selalu membuahkan hasil jika dikerjakan secara sungguh- sungguh. Menurutnya salah satu usahanya yaitu melalui komunitas TDA. Dia juga memberikan berbagai paket kerja sama, biar sama- sama sukses.

"Jangan takut berwirausaha karena ternyata tak seberat dan sesulit yang kita bayangkan. Disini saya ingin sharing ilmu dan pengetahuan agar orang yang mulai bisnis tak melewati tahap trial and error yang terlalu berat seperti saya dulu," ujar Edi yang pernah 11 tahun kerja di sebuah pabrik V-belt mobil di Tangerang.

Berbagi Rejeki


Selain sibuk berbisnis Edi tak lupa membantu sesama dengan caranya sendiri. Dia memberikan bantuan bagi masyarakat yang berminat belajar berbisnis, bahkan dibantu modal. "Bahkan, saya siap bantu orang yang mau jualan (pakaian bayi-Red) dan enggak punya modal. Tapi, basisnya tetap toko online," tambahnya.

Syaratnya gampang cukup gampang kita hanya harus memiliki blog atau akun facebook. Edi akan sediakan foto-foto produk miliknya. Kita tinggal pasang itu di internet lalu gencarkan promosi untuk membeli produk miliknya. "Kalau ada pesanan, tinggal salurkan kepada saya. Dari transaksi itu, mereka akan dapat untung. Di sini selain bisa bantu orang, saya juga diuntungkan karena punya ujung tombak pemasaran dimana-mana," kata Edi mengenai startegi marketingnya.

Kalau dicermati apa yang dilakukan oleh Pak Edi adalah bisnis dropship, dimana cukup menerima pesanan. Ia berkata cara berjualan seperti ini baru dilakukan beberapa tahun belakangan. Waktu ia pertama kali mencobanya hanya dibatasi untuk 10 orang saja per- bulan. Kerja sama bisnis lain yaitu lima paket kerja sama usaha, mulai dari paket distributor wilayah dengan modal awal Rp. 10 juta, paket toko bayi (start up Rp.13 juta dan paket toko lengkap Rp. 46 juta), paket sample produk hingga paket toko online plus produknya seharga 2,5 juta.

"Kami juga menyediakan karyawan yang meng-handle pesanan Anda, mulai dari penerimaan, persiapan, packing hingga pengiriman barang. Kami juga selalu siapkan barang lengkap, dengan stok senilai lebih dari Rp. 500 juta sehingga selalu bisa memenuhi pesanan pelanggan," ujarnya. Terkait paket bisnisnya ini, Edi tak segan memberikan bantuan 24 jam untuk konsultasi. Ia memberikan bantuan dari menejemen toko online maupun strategi pemasaran.

Edi menyebut tahun 2010 adalah tahu dirinya melakukan ekspansi usaha. Dia membangun sekitar dua unit usaha baru yang lebih besar. Edi akan mengembangkan usaha dibidang IT Consulting dan Online Marketing serta satu lagi di bidang produksi, distribusi dan penjualan umum. Proyek pertama yang sudah berjalan baik ialah memproduksi kaos anak, kaos remaja dan kaos busana muslim dengan kapasitas produksi 3.000 lusin per- bulan.

Comments

Silahkan tambahkan komentar Anda