Ken Kutaragi sejak kecil selalu mendapatkan nilai 100 di setiap pelajaran di sekolahnya. Ia tergolong murid yang rajin dan pintar. Kondisi keuangan keluarganya tidak melimpah, alias sederhana. Keluarganya membangun bisnis sendiri, yaitu percetakan di pabrik kota. Hobinya sejak kecil adalah mengutak atik barang-barang mekanik. Sepulang sekolah, ia selalu menyempatkan mampir ke pabrik tersebut untuk sekedar menyalurkan hobinya dalam hal mekanik. Setelah mendapatkan gelar Insinyur Elektronika di Universitas Denki Tsushin, dengan mudahnya ia mendapat tempat di perusahaan Sony.
Ia terkenal sebagai problem solver yang luar biasa. Pada suatu hari, Kutaragi melihat putrinya bermain famicom. Tiba-tiba terlintas di benaknya untuk menciptakan sebuah video game. Namun keinginannya yang sudah tak tertahankan tersebut ditolak oleh Sony. Namun, Nintendo yang notabene saingan terberat Sony mencium potensi video game yang akan dibuat oleh Kutaragi. Nintendo kemudian menawarkan kepada Kutaragi untuk membuat chip SPC700 secara diam-diam. Kutaragi menerima tawaran tersebut. Namun, Sony mengetahui hasil kerja Kutaragi. Kutaragi nyaris dipecat oleh Sony jika CEO Sony tidak mengampuni. Bahkan Sony akhirnya mengijinkan Kutaragi untuk menyelesaikan pembuatan video game tersebut.
Lalu, Kutaragi meminta Sony membiayai riset pembuatan Super NES CD (teknologi yang diaplikasi untuk PlayStation). Awalnya para petinggi Sony menolaknya, namun lagi-lagi CEO Sony Norio Ohga mendukung pembiayaan tersebut. Akhirnya pada tahun 1990-an, Sony berhasil meluncurkan produk PlayStation. PlayStation yang awalnya diragukan mengalahkan Nintendo maupun SEGA, akhirnya dapat menjadi video game terlaris. Tak heran jika Kutaragi menjadi Presiden Sony Computer Entertainment pada tahun 1997.
Kutaragi dikenal sebagai pemecah masalah yang luar biasa. Proyek yang ditanganinya pun selalu berhasil gemilang, termasuk proyek penciptaan liquid crystal plays (LCDs) serta kamera digital. Ketertarikannya menciptakan konsol permainan berawal ketika suatu hari, dia melihat putrinya bermain sebuah Famicom. Nalurinya mencium potensi bisnis video games. Tetapi saat itu eksekutif Sony kurang tertarik. Semangat Kutaragi yang tinggi untuk menciptakan video games pun tidak dilanjutkan. Namun, kreatifitas Kutaragi itu tercium Nintendo - perusahaan konsol permainan yang kini menjadi pesaing nomor satu Sony. Saat itu, Nintendo memintanya untuk mencipta sebuah chip. Diam-diam, Kutaragi mengerjakan proyek rahasia untuk Nintendo dan mendesain chip SPC700. Sayangnya, pihak Sony mencium hasil kerja itu dan Kutaragi hampir dipecat seandainya CEO Sony Norio Ohga tidak turun tangan. Dia bahkan meminta Kutaragi menyelesaikan tugas sampingannya itu.
Setelah Kutaragi selesai menyelesaikan tugas tersebut, ia terus meminta Sony untuk membiayai riset pembuatan Super NES CD, teknologi yang diaplikasi untuk PS. Sekali lagi, riset tersebut diragukan kalangan eksukutif Sony namun Norio Ohga mendukungnya. Pada tahun 1990-an, akhirnya Sony secara resmi meluncurkan produk PlayStation I. Tak perlu waktu lama, PlayStation segera terkenal dan mendatangkan banyak uang untuk Sony. Hingga 18 Mei 2004, Sony telah memproduksi 100 juta PlayStation walaupun bersaing dengan Nintendo dan SEGA. Sukses itu pula yang menjadikan Kutaragi presiden Sony Computer Entertainment pada 1997.
Pada 30 November 2006, Kutaragi digantikan oleh Kaz Hirai. Ia lalu diangkat menjadi ketua dari SCEI. Pada 26 April 2007, Ia pun mendapat peran sebagai ketua kehormatan. Pada Juni 2011, Sony kemudian mengumumkan bahwa Kutaragi mengundurkan diri dari peran ketua kehormatan. Ia kemudian menjabat sebagai Senior Penasehat Teknologi. Ken Kutaragi kemudian menjadi Presiden dan CEO dari Cyber AI Entertainment, Inc. Dia juga menjabat sebagai dewan dari Kadokawa Group Holding, Inc., Nojima Corporation, dan Rakuten Inc. Di 2009, Dia menjadi profesor kunjungan di Ritsumeikan University.
Referensi
http://biografiteladan.blogspot.co.id/2011/05/biografi-ken-kutaragi-pencipta.html
http://biografi-tokoh-tokoh.blogspot.co.id/2015/05/ken-kutaragi-pembuat-playstation.html
Comments