Hillary Diane Rodham Clinton atau yang lebih populer dikenal Hillary Clinton adalah senator junior Amerika Serikat dari negara bagian New York, suatu jabatan yang dimulai pada 3 Januari 2001. Ia menikah dengan Bill Clinton, Presiden Amerika Serikat ke-42 dan Ibu Negara Amerika Serikat selama dua masa jabatan (1993 - 2001). Sebelumnya, ia adalah seorang pengacara.
Hillary Rodham dilahirkan di Chicago, Illinois, dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Methodist di Park Ridge, Illinois. Ayahnya, Hugh Ellsworth Rodham, seorang konservatif, adalah seorang eksekutif dalam industri tekstil, dan ibunya, Dorothy Emma Howell Rodham, seorang ibu rumah tangga. Hillary mempunyai dua orang saudara lelaki, Hugh dan Tony. Mantan duta besar AS untuk Britania Raya, Philip Lader, merujuk kepada minatnya yang mendalam kepada nenek moyangnya dari Wales.
Setelah lulus SMA di Maine South, tahun 1965, Hillary melanjutkan ke Wellesley College, yang khusus untuk anak perempuan. Setamat dari Wellesley College, Hillary melanjutkan ke Fakultas Hukum Universitas Yale. Setelah lulus dari Yale pada tahun 1973, ia pindah ke Arkansas pada tahun 1974, kemudian menikah dengan Bill Clinton pada 11 Oktober 1975. Lima tahun kemudian, 27 Februari 1980, putri mereka pun lahir. Bayi perempuan itu diberi nama Chelsea Victoria.
Lulus dari Sekolah Hukum Yale pada tahun 1973, ia pindah ke Arkansas pada tahun 1974 dan kemudian menikahi Bill Clinton pada 1975. Ia lalu menjadi rekan wanita pertama di Firma Hukum Rose pada tahun 1979 dan dua kali tercatat sebagai salah seorang dari 100 pengacara paling berpengaruh di Amerika. Dari tahun 1979 hingga 1981 dan 1981 hingga 1992 ia adalah Ibu Gubernur Arkansas dan aktif dalam sejumlah organisasi yang terkait dengan kesejahteraan anak-anak serta menjadi anggota direksi Wal-Mart dan beberapa perusahaan lainnya.
Hillary mengawali karirnya sebagai pengacara dengan menjadi rekan wanita pertama di Firma Hukum Rose pada tahun 1979, ia bahkan dua kali tercatat sebagai salah seorang dari 100 pengacara paling berpengaruh di Amerika. Kemudian ia menjadi Ibu Gubernur Arkansas(periode 1979-1981 dan 1981-1992) dan aktif dalam sejumlah organisasi yang terkait dengan kesejahteraan anak-anak serta menjadi anggota direksi Wal-Mart dan beberapa perusahaan lainnya.
Ketika suaminya, Bill Clinton, terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-42, Hillary menjadi Ibu Negara Amerika Serikat selama dua masa jabatan (1993 – 2001). Setelah itu, mulai tanggal 3 Januari 2001 Ia menjadi senator junior Amerika Serikat dari negara bagian New York, hal tersebut membuatnya menjadi mantan Ibu Negara pertama yang memenangi pemilihan umum untuk suatu jabatan di AS. Ia terpilih kembali sebagai senator dengan kemenangan telak pada tahun 2006.
Sebagai Ibu Negara Amerika Serikat, rancangan layanan kesehatan Clinton yang merupakan inisiatif terbesarnya gagal disetujui Kongres pada tahun 1994. Pada tahun 1997 dan 1999, Clinton berperan dalam pembentukan Program Asurasi Kesehatan Anak-Anak Negara (State Children's Health Insurance Program), Undang-Undang Adopsi dan Keluarga Aman (Adoption and Safe Families Act), dan Undang-Undang Kemandirian Asuhan Keluarga (Foster Care Independence Act). Pada tahun 1996, ia diperintahkan untuk memberikan kesaksian di hadapan juri akibat kontroversi Whitewater. Ia tidak pernah didakwa dengan tuduhan apapun maupun beberapa penyelidikan lainnya selama masa kepresidenan suaminya. Kondisi pernikahannya dengan Bill Clinton menjadi perhatian umum setelah terungkapnya skandal Lewinsky pada tahun 1998.
Tantangan Hidup yang Dihadap Hillary
Hillary, meskipun sudah memiliki karir yang sukses, yakni seorang pengacara, tetapi sebagai First Lady, ia memilih untuk membidangi urusan anak-anak atau keluarga, yang artinya tidak beranjak dari stereotype umum, bahwa perempuanlah yang bertanggung jawab mengurusi urusan keluarga dan anak, sementara laki-laki dianggap lebih kapabel untuk mengurusi persoalan politik.
Hal ini sebenarnya sudah menggambarkan bagaimana perempuan Amerika masih tersubordinasi, dan masih dianggap sebagai pelengkap kaum lelaki. Sebagai istri, seorang First Lady harus ikut pindah dan tinggal di Gedung Putih dan aktivitas yang sebelumnya dilakukan menjadi sangat terbatas dan terkontrol demi mendukung tugas dan karir suami. Dalam posisi yang paling tertinggi sekalipun, sebagai istri orang nomor satu di negara adidaya Amerika Serikat, perempuan tetap saja tidak memiliki pilihan yang menguntungkan bagi dirinya, bagi pilihan karirnya sendiri. Dengan demikian, ada harga yang harus mereka pertaruhkan bahkan korbankan demi posisinya sebagai First Lady. Tetapi pandangan ini segera ditepis oleh Hillary yang segera menjalani karir di bidang politik dan bahkan karirnya semakin meningkat setelah terlepas dari jabatan First lady of America.
Ada satu contoh menarik yang bisa dijadikan perbandingan. Maria Owings Shriver, First lady dari California yang bersuamikan Gubernur California Arnold Schwarzenegger awalnya juga memilih untuk mengorbankan karirnya demi mendukung suaminya setelah terpilih menjadi Gubernur California. Ia hengkang dari dunia jurnalisme pertelevisian khususnya dari NBC News di tahun 2004, dunia yang dicintainya dan karir yang telah dibangunnya selama seperempat abad, oleh karena telah berstatuskan First lady of California, selain juga berperan sebagai tenaga advokasi dalam kepemerintahan suaminya. Selain itu juga, alasannya hengkang adalah ia ingin menjaga agar tidak terjadi isu conflict of interest.
Tetapi kecintaannya yang besar terhadap dunia jurnalisme ternyata tidak bisa ditinggalkannya begitu saja. Ia secara tegas menyatakan bahwa ia perlu menjadi dirinya sendiri dan melakukan apa yang dia kehendaki dan tak harus mengorbankan karir ataupun kegiatan-kegiatan yang disenanginya demi mendukung kepemerintahan suaminya ataupun menjalani protokoler sebagai First Lady. Shriver kemudian semakin giat sebagai aktivis dan juga aktif dalam beberapa acara televisi, kemudian tahun 2007 ia kembali bekerja di dunia berita televisi pada CNN. Selain itu dia juga secara berani menyatakan mendukung Senator Barack Obama sebagai presiden setelah beberapa hari sebelumnya suaminya Arnold S. telah menyatakan dukungannya terhadap Senator John McCain.
Keadaan yang dijalani Shriver dalam beberapa hal bisa dibilang cukup berbeda dengan Hillary dalam hal jalan hidup yang dipilih. Hillary bertahan dalam berbagai kritik dan tentangan terhadap suaminya, bahkan membela. Sehingga Hillary juga kerap mendapat kritikan dan kecaman dari berbagai pihak. Hillary menuai banyak kritik, khususnya dari para feminist, terutama dalam kasus perselingkuhan suaminya yang diketahui publik dan Hillary melakukan pembelaan serta tidak membenarkan adanya tuduhan perselingkuhan suaminya tersebut.
Hillary Clinton menunjukkan dukungan dan kekuatan karakternya, ketika gosip perselingkuhan mengguncang reputasi Bill Clinton yang saat itu sedang berkampanye untuk pemilihan Presiden AS pada 1993. Kekuatan karakter yang sama kemudian kembali ia tunjukkan saat kasus perselingkuhan dengan Monica Lewinsky yang membuat Clinton terancam kehilangan jabatannya sebagai Presiden. Adalah pidato Hillary yang menyatakan bahwa dirinya memaafkan Clinton yang akhirnya membuat publik Amerika “mengampuni” Presiden Amerika ke-42 itu. Sikap Hillary tersebut bagi sebagian feminist dianggap sebagai sikap yang tidak mewakili perempuan modern dan berpendidikan tinggi.
Tragedy, penyangkalan, skandal, kekuasaan adalah isu-isu yang dihadapi oleh Hillary. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Hillary adalah sosok perempuan yang cerdas, ambisius, kuat, namun tabah menghadapi segala tantangan kehidupan. Terlepas dari semua itu, Hillary melakukan pilihan berdasarkan pertimbangannya sendiri, seperti dituliskan di dalam buku Hillary Rodham Clinton: Politician (Women of achievement) (Abrams, 2009) bahwa semua yang ia lakukan adalah berdasarkan “following her heart”.
Benar atau tidak keputusan yang diambilnya adalah jalan kehidupan yang dipilih untuk ditempuhnya sebagai suatu proses pengembangan diri. Hal tersebut bisa dikatakan tidak sia-sia. Ia mampu menjadi perempuan satu-satunya yang berhasil maju dalam pencalonan presiden, yang sangat sulit dilakukan di negara Amerika tersebut mengingat perempuan dalam banyak hal masih menjadi second class citizen meskipun di negara semaju Amerika Serikat sekalipun, sehingga tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh perempuan dalam hal berkarir jauh lebih besar dibanding laki-laki.
Hal ini sebenarnya sudah menggambarkan bagaimana perempuan Amerika masih tersubordinasi, dan masih dianggap sebagai pelengkap kaum lelaki. Sebagai istri, seorang First Lady harus ikut pindah dan tinggal di Gedung Putih dan aktivitas yang sebelumnya dilakukan menjadi sangat terbatas dan terkontrol demi mendukung tugas dan karir suami. Dalam posisi yang paling tertinggi sekalipun, sebagai istri orang nomor satu di negara adidaya Amerika Serikat, perempuan tetap saja tidak memiliki pilihan yang menguntungkan bagi dirinya, bagi pilihan karirnya sendiri. Dengan demikian, ada harga yang harus mereka pertaruhkan bahkan korbankan demi posisinya sebagai First Lady. Tetapi pandangan ini segera ditepis oleh Hillary yang segera menjalani karir di bidang politik dan bahkan karirnya semakin meningkat setelah terlepas dari jabatan First lady of America.
Ada satu contoh menarik yang bisa dijadikan perbandingan. Maria Owings Shriver, First lady dari California yang bersuamikan Gubernur California Arnold Schwarzenegger awalnya juga memilih untuk mengorbankan karirnya demi mendukung suaminya setelah terpilih menjadi Gubernur California. Ia hengkang dari dunia jurnalisme pertelevisian khususnya dari NBC News di tahun 2004, dunia yang dicintainya dan karir yang telah dibangunnya selama seperempat abad, oleh karena telah berstatuskan First lady of California, selain juga berperan sebagai tenaga advokasi dalam kepemerintahan suaminya. Selain itu juga, alasannya hengkang adalah ia ingin menjaga agar tidak terjadi isu conflict of interest.
Tetapi kecintaannya yang besar terhadap dunia jurnalisme ternyata tidak bisa ditinggalkannya begitu saja. Ia secara tegas menyatakan bahwa ia perlu menjadi dirinya sendiri dan melakukan apa yang dia kehendaki dan tak harus mengorbankan karir ataupun kegiatan-kegiatan yang disenanginya demi mendukung kepemerintahan suaminya ataupun menjalani protokoler sebagai First Lady. Shriver kemudian semakin giat sebagai aktivis dan juga aktif dalam beberapa acara televisi, kemudian tahun 2007 ia kembali bekerja di dunia berita televisi pada CNN. Selain itu dia juga secara berani menyatakan mendukung Senator Barack Obama sebagai presiden setelah beberapa hari sebelumnya suaminya Arnold S. telah menyatakan dukungannya terhadap Senator John McCain.
Keadaan yang dijalani Shriver dalam beberapa hal bisa dibilang cukup berbeda dengan Hillary dalam hal jalan hidup yang dipilih. Hillary bertahan dalam berbagai kritik dan tentangan terhadap suaminya, bahkan membela. Sehingga Hillary juga kerap mendapat kritikan dan kecaman dari berbagai pihak. Hillary menuai banyak kritik, khususnya dari para feminist, terutama dalam kasus perselingkuhan suaminya yang diketahui publik dan Hillary melakukan pembelaan serta tidak membenarkan adanya tuduhan perselingkuhan suaminya tersebut.
Hillary Clinton menunjukkan dukungan dan kekuatan karakternya, ketika gosip perselingkuhan mengguncang reputasi Bill Clinton yang saat itu sedang berkampanye untuk pemilihan Presiden AS pada 1993. Kekuatan karakter yang sama kemudian kembali ia tunjukkan saat kasus perselingkuhan dengan Monica Lewinsky yang membuat Clinton terancam kehilangan jabatannya sebagai Presiden. Adalah pidato Hillary yang menyatakan bahwa dirinya memaafkan Clinton yang akhirnya membuat publik Amerika “mengampuni” Presiden Amerika ke-42 itu. Sikap Hillary tersebut bagi sebagian feminist dianggap sebagai sikap yang tidak mewakili perempuan modern dan berpendidikan tinggi.
Tragedy, penyangkalan, skandal, kekuasaan adalah isu-isu yang dihadapi oleh Hillary. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Hillary adalah sosok perempuan yang cerdas, ambisius, kuat, namun tabah menghadapi segala tantangan kehidupan. Terlepas dari semua itu, Hillary melakukan pilihan berdasarkan pertimbangannya sendiri, seperti dituliskan di dalam buku Hillary Rodham Clinton: Politician (Women of achievement) (Abrams, 2009) bahwa semua yang ia lakukan adalah berdasarkan “following her heart”.
Benar atau tidak keputusan yang diambilnya adalah jalan kehidupan yang dipilih untuk ditempuhnya sebagai suatu proses pengembangan diri. Hal tersebut bisa dikatakan tidak sia-sia. Ia mampu menjadi perempuan satu-satunya yang berhasil maju dalam pencalonan presiden, yang sangat sulit dilakukan di negara Amerika tersebut mengingat perempuan dalam banyak hal masih menjadi second class citizen meskipun di negara semaju Amerika Serikat sekalipun, sehingga tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh perempuan dalam hal berkarir jauh lebih besar dibanding laki-laki.
Sebagai public figure Hillary dicintai, dikagumi, tetapi juga dibenci oleh sebagian masyarakat Amerika. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi di dalam kehidupannya membuat ia maju, menjadi perempuan yang kuat, mampu memiliki dan menggerakkan massa, suaranya didengar dan sosoknya diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi perubahan dan perbaikan di segala bidang, khususnya mengenai isu perempuan dan hak asasi manusia.
Hillary, pada pemilihan presiden 2008 tidak sampai pada kursi kepresidenan AS, tetapi berhasil dipilih sebagai Sekretaris Negara. Hal ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa hebatnya bagi seorang perempuan dan mantan First lady di negara superpower Amerika Serikat. Perjuangan dalam hidup, karir, dan keluarga, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, menggambarkan double standard dan double burden yang diemban sekaligus dijalani Hillary dalam statusnya sebagai perempuan yang berkarir.
Comments