Sejarah Gunung Agung di Bali

  Sejarah Gunung Agung di Bali              Saat gunung Merapi di Jogja meletus, Indonesia geger dan terenyuh dengan meninggalnya Mbah Marijan sang juru kunci gunung Merapi tersebut, tapi kalau kita lihat saat tahun 1963 gunung Agung meletus di Bali, tak hanya juru kunci gunung Agung nya yang tak mau mengungsi, bahkan hampir semua lelaki dewasa dari beberapa desa “menyambut” lahar tumpahan gunung Agung tersebut…sedikit kronologis dan kisahnya….   Gunung Agung merupakan sebuah gunung vulkanik tipe monoconic strato yang tingginya mencapai sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi di Bali ini termasuk muda dan terakhir meletus pada tahun 1963 setelah mengalami tidur panjang selama 120 tahun. Sejarah aktivitas Gunung berapi Agung memang tidak terlalu banyak diketahui.   Catatan sejarah mengenai letusan gunung ini mulai muncul pada tahun 1808. Ketika itu letusan disertai dengan uap dan abu vulkanik terjadi. Aktivitas gunung ini berlanjut pada tahun 1821, namun tidak ada catatan mengenai hal tersebut. Pada tahun 1843, Gunung Agung meletus kembali yang didahului dengan sejumlah gempa bumi. Letusan ini juga menghasilkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung. Sejak 120 tahun tersebut, baru pada tahun 1963 Gunung Agung meletus kembali dan menghasilkan akibat yang sangat merusak

Saat gunung Merapi di Jogja meletus, Indonesia geger dan terenyuh dengan meninggalnya Mbah Marijan sang juru kunci gunung Merapi tersebut, tapi kalau kita lihat saat tahun 1963 gunung Agung meletus di Bali, tak hanya juru kunci gunung Agung nya yang tak mau mengungsi, bahkan hampir semua lelaki dewasa dari beberapa desa “menyambut” lahar tumpahan gunung Agung tersebut…sedikit kronologis dan kisahnya….

Gunung Agung merupakan sebuah gunung vulkanik tipe monoconic strato yang tingginya mencapai sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi di Bali ini termasuk muda dan terakhir meletus pada tahun 1963 setelah mengalami tidur panjang selama 120 tahun. Sejarah aktivitas Gunung berapi Agung memang tidak terlalu banyak diketahui.


Catatan sejarah mengenai letusan gunung ini mulai muncul pada tahun 1808. Ketika itu letusan disertai dengan uap dan abu vulkanik terjadi. Aktivitas gunung ini berlanjut pada tahun 1821, namun tidak ada catatan mengenai hal tersebut. Pada tahun 1843, Gunung Agung meletus kembali yang didahului dengan sejumlah gempa bumi. Letusan ini juga menghasilkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung. Sejak 120 tahun tersebut, baru pada tahun 1963 Gunung Agung meletus kembali dan menghasilkan akibat yang sangat merusak. Berdasarkan buku yang dikarang Kusumadinata pada tahun 1979, gempa bumi sebelum letusan gunung berapi yang saat ini masih aktif tersebut terjadi pada 16-18 Februari 1963. Letusan Gunung Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800, diantaranya : Di tahun 1808 ; Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batu apung dengan jumlah luar biasa.

Tahun 1821 terjadi letusan normal, selanjutnya tidak ada keterangan. Tahun 1843 Letusan didahului oleh gempa bumi dan memuntahkan abu, pasir, dan batu apung. Selanjutnya tahun 1908, 1915, dan 1917 di berbagai tempat di dasar kawah dan pematangnya tampak tembusan fumarola. 1963, Letusan dimulai tanggal 18-2-1963 dan berakhir pada tanggal 27-1-1964. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka. (bersambung)


Kronologi Letusan Gunung Agung Tahun 1963


Lama Letusan Gunung Agung Tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu dari pertengahan Februari 1963 hingga dengan 26 Januari 1964, dengan kronologi rincian sebagai berikut :

16 Februari 1963 : Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni beberapa Kampung Yehkori (928 m dari permukaan laut) di lereng selatan, kira-kira 6km dari Puncak Gunung Agung.

17 Februari 1963 : Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di Pantai Timur laut kaki gunung pada jarang 11 km dari lubang kepundannya.

18 Februari 1963 : Kira-kira pukul 23:00 di Pantai Utara terdengar suara gemuruh dalam tanah

19 Februari 1963 : Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas belerang. Pukul 03.00 WIB terlihat awan yang menghembus dari kepundan, makin hebat bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman yang nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian disusul oleh semburan batu besar sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh semburan asap berwarna kelabu kehitam-hitaman. Sebuah bom dari jauh tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang lain dan dilontarkan lewat puncak ke arah Besakih. Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di lereng selatan mulai mengungsi, terutama tidak tahan hawa sekitarnya yang mulai panas dan berbau belerang itu. Di sekitar Lebih, udara diliput kabut, sedangkan abu mulai turun. Air disungai mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan kental membawa batu dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan. Penghuninya tetap tenang dan melaukan persembahyangan pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal. Pandangan ke arah gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar lerengnya. Dimalam hari terlihat sekali keindahan gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat sambung menyambung dipuncaknya.

20 Februari 1963 : Gunung tetap menunjukkan gerakan brapi. 06.30 terdengar suara letusan dan terlihat lemparan bomb lebih besar. 07.30 penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka mengungsi ke Tianyar , sedangkan penghuni dari lereng selatan pindah ke Bebandem dan Selat.

21 Februari 1963 : Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah.

22 Februari 1963 : Kegiatan terus menerus berupa letusan asap serta loncatan api dan suara gemuruh.

23 Februari 1963 : Pukul 08:30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat dihujani batu kecil serta tajam, pasir serta abu.

24 Februari 1963 : Hujan lumpur lebat turun di Besakih Mengakibatkan beberapa bangunan Eka Dasa Rudra roboh. Penduduk Temukus mengungsi ke Besakih. Awan panas letusan turun lewat Tkad Daya hinga di Blong.

25 Februari 1963 : Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah timurlaut lewat Tkad Barak dan Daya. Lahar hujan di Tukad Daya menyebabkan hubungan antara Kubu dan Tianyar terputus. Desa bantas-Siligading dilanda awan panas mengakibatkan 10 orang korban. Lahar hujan melanda 9 buah rumah di Desa Ban, korban 8 orang.

26 Februari 1963 : Lava di utara tetap meleleh. Lahar hujan mengalir hingga di Desa Sogra, Sangkan Kuasa. Asap tampak meningkat dan penduduk Desa Sogra, Sangkan Kuasa, Badegdukuh dan Badegtengah mengungsi ke Selatan.

Di Lebih huja yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di sekitar Sidemen. Juga Lahar mengalir di utara di Tukad Daya dan Tukad Barak. Pukul 18.15 hujan pasir di Besakih. Pangi diliputi hawa belerang yang tajam sekali. Penduduknya mengungsi ke Babandem. Kemudian kegiatan Gunung Agung ini terus menerus berlangsung, boleh dikatakan setiap hari hujan abu turun, sementara sungai mengalirkan lahar dan lava terus meleler ke utara.

17 Maret 1963 : Merupakan puncak kegiatan. Tinggi awan letusan mencapai klimaksnya pada pukul 05.32. Pada saat itu tampak awan letusannya menurut pengamatan Rendang sudah melewati Zenith dan keadaan ini berlangsung hingga 13.00. Awan panas turun dan masuk ke Tukad Yehsa, Tukad Langon, Tukad barak dan TUkad Janga di selatan. Mulai pukul 07.40 lahar hujan terjadi megnepulkan asap putih dan ini berlangsung hingga pukul 08.10.

Pukul 08.00 turun hujan abu, pada pukul 09.20 turun hujan kerikil dan sementara itu awan panas pun turun bergelombang. Pada pukul 12.00 lahar yang berasap putih itu mulai meluap dari tepi Tukad Daya. Baru pukul 12.45 hujan abu reda dan kemudian pukul 15.30 suara letusan pun berkurang untuk selanjutnya hilang sama sekali. Adapun sungai yang kemasukan awan panas selama puncak kegiatan ini adalah lebih kurang 14 km, ialah di Tukad Daya di utara. Sebelah barat dan timur gunung bebas awan panas. Lamanya berlangsung paroksisma pertama ini yakni sekitar kurang lebih 10 jam yakni dari pukul 05.00 hingga pukul 15.00.

  Sejarah Gunung Agung di Bali              Saat gunung Merapi di Jogja meletus, Indonesia geger dan terenyuh dengan meninggalnya Mbah Marijan sang juru kunci gunung Merapi tersebut, tapi kalau kita lihat saat tahun 1963 gunung Agung meletus di Bali, tak hanya juru kunci gunung Agung nya yang tak mau mengungsi, bahkan hampir semua lelaki dewasa dari beberapa desa “menyambut” lahar tumpahan gunung Agung tersebut…sedikit kronologis dan kisahnya….   Gunung Agung merupakan sebuah gunung vulkanik tipe monoconic strato yang tingginya mencapai sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi di Bali ini termasuk muda dan terakhir meletus pada tahun 1963 setelah mengalami tidur panjang selama 120 tahun. Sejarah aktivitas Gunung berapi Agung memang tidak terlalu banyak diketahui.   Catatan sejarah mengenai letusan gunung ini mulai muncul pada tahun 1808. Ketika itu letusan disertai dengan uap dan abu vulkanik terjadi. Aktivitas gunung ini berlanjut pada tahun 1821, namun tidak ada catatan mengenai hal tersebut. Pada tahun 1843, Gunung Agung meletus kembali yang didahului dengan sejumlah gempa bumi. Letusan ini juga menghasilkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung. Sejak 120 tahun tersebut, baru pada tahun 1963 Gunung Agung meletus kembali dan menghasilkan akibat yang sangat merusak

21 Maret 1963 : Kota Subagan, Karang Asem terlanda lahar hujan hingga jatuh korbanlebih dari hujan 140 orang. Setelah letusan dahsyat pada tanggal 18 maret ini, maka aktivitasnya berkurang, sedang suara gemuruh yang tadi terus menerus terdengar hilang lenyap. Demikian lelehan lava ke utara berhenti pada garis ketinggian 501.64 m dan mencapai jarak lebih kurang 7.290 m dari Puncak.

16 Mei 1963 : Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan, mula-mula lemah dan lambat laun bterambah kuat. Pada sore hari 16 Mei, kegiatan meningkat lagi terus menerus, hingga mencapai puncaknya pada pukul 17.07. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kalinya ini tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi kira-kira 10.000 m diatas puncak, sedangkan pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatand an 2 diutara. Jarak jauh yang paling jauh dicapai kurang 12 km, yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lebih kurang 6 jam, yakni dari pukul 16.00 hingga sekitar pukul 21.00.

November 1963 : Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai kurang lebih kurang 500 m diatas puncak. Sejak November warna asal letusan adalah putih.

10 Januari 1964 : Tinggi hembusan asap mencapai 1.500 m diatas puncak.

26 Januari 1964 : Pukul 06.50 tampak kepulan asap dari puncak Gunung Agung berwarna kelabu dan kemudian pada pukul 07.02, 07.05, dan 07.07. Tampak lagi letusan berasap hitam tebal serupa kol kembang, susul menyusul dari tiga buah lubang, mula-mula dari sebelah barat lalu sebelah timur mencapai ketinggian maksimal lebih kurang 4.000 m diatas puncak. Seluruh pinggir kawah tampak ditutupi oleh awan tersebut. Suara lemah tetapi terang terdengar pula.

27 Januari 1964 : Kegiatan Gunung Agung Berhenti. Produk letusan 1963 Lahar Hujan, sesuai dengan letak geografi dari Gunung Agung yang btertindak sebagai penangkap hujan angin tenggara yang menghembus, lahar besar dimulai di lereng utara kemudian di lereng timus menenggara untuk kemudian lambat laun bergeser ke jurusan barat dan mencapai klimaksnya di lereng selatan baratdaya.

Comments

Silahkan tambahkan komentar Anda