Biografi Rizal Ramli

  Biografi Rizal Ramli     Dr. H. Rizal Ramli lahir pada 10 Desember 1953, di Sumatera Barat. Ia sudah yatim piatu ketika menginjak usia Sekolah Dasar, sehingga untuk melanjutkan pendidikannya ia terpaksa ikut bersama neneknya di Bogor. Di Kota Hujan ini ia menyelesaikan SD sampai SMA. Ketika lulus SMA dan diterima menjadi mahasiswa ITB tahun 1973, Rizal Ramli bingung karena tidak memiliki uang untuk membiayai kuliahnya. Akhirnya, ia bekerja dulu di sebuah percetakan di Kebayoran Baru, Jakarta.  Enam bulan kemudian, setelah uang terkumpul, barulah Rizal Ramli mengenyam bangku kuliah. Karena sudah mahir berbahasa Inggris sejak SMA, Rizal Ramli pun kemudian bekerja sebagai penerjemah buku-buku maupun makalah berbahasa Inggris. Pengalaman hidup yang pahit itu menempanya menjadi orang yang dekat dengan rakyat. Ia bisa menyelami dan berempati pada kaum miskin yang sulit menjangkau sandang pangan karena pernah merasakan kehidupan yang amat sulit di masa muda.  Sebagai aktivis, dalam kapasitas sebagai Deputi Dewan Mahasiswa ITB, Rizal Ramli merupakan salah satu motor penggerak aksi mahasiswa tahun 1978. Karena menentang Rezim Otoriter Orde Baru, Rizal Ramli sempat dipenjara selama 18 bulan.  Pernikahannya dengan Hj. Herawati (alam), sosok yang bersahaja dan sangat humanis, membuat mereka semakin dekat dengan


Dr. H. Rizal Ramli lahir pada 10 Desember 1953, di Sumatera Barat. Ia sudah yatim piatu ketika menginjak usia Sekolah Dasar, sehingga untuk melanjutkan pendidikannya ia terpaksa ikut bersama neneknya di Bogor. Di Kota Hujan ini ia menyelesaikan SD sampai SMA. Ketika lulus SMA dan diterima menjadi mahasiswa ITB tahun 1973, Rizal Ramli bingung karena tidak memiliki uang untuk membiayai kuliahnya. Akhirnya, ia bekerja dulu di sebuah percetakan di Kebayoran Baru, Jakarta.

Enam bulan kemudian, setelah uang terkumpul, barulah Rizal Ramli mengenyam bangku kuliah. Karena sudah mahir berbahasa Inggris sejak SMA, Rizal Ramli pun kemudian bekerja sebagai penerjemah buku-buku maupun makalah berbahasa Inggris. Pengalaman hidup yang pahit itu menempanya menjadi orang yang dekat dengan rakyat. Ia bisa menyelami dan berempati pada kaum miskin yang sulit menjangkau sandang pangan karena pernah merasakan kehidupan yang amat sulit di masa muda.


Sebagai aktivis, dalam kapasitas sebagai Deputi Dewan Mahasiswa ITB, Rizal Ramli merupakan salah satu motor penggerak aksi mahasiswa tahun 1978. Karena menentang Rezim Otoriter Orde Baru, Rizal Ramli sempat dipenjara selama 18 bulan.

Pernikahannya dengan Hj. Herawati (alam), sosok yang bersahaja dan sangat humanis, membuat mereka semakin dekat dengan lingkungan sekitarnya. Hera kerap terisak jika menyaksikan pengemis di jalanan. Ia tidak canggung memandikan anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan. Pada tahun 1990, sepulang dari Amerika Serikat, seusai meraih Doktor Ekonomi dari Boston University, pasangan Rizal Ramli-Herawati sempat tinggal di Jl. Syaridin, Pasar Minggu. Mereka mendirikan Perpusatakaan Bambola bagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, keluarga ini juga kerap mengedarkan buku untuk anak-anak jalanan lewat sanggar-sanggar anak jalanan.

Perhatian terhadap masa depan akan-anak dari keluarga kurang mampu memang sangat besar. Ketika meluncurkan buku HERA Dalam Keping-Keping Cerita Kehidupan, Karya, dan Kenangan, untuk mengenang kembalinya Hera kepada Sang Pencipta, pada akhir tahun 2007, Rizal memberikan beasiswa kepada 15 mahasiswa ITB yang tidak mampu, di samping menyumbangkan buku bagi almamaternya.

Setelah dicopot dari jabatannya sebagai Komisaris Utama PT Semen Gresik, Rizal Ramli kerap berkunjung ke berbagai pesantren, seperti di Cirebon dan Tasikmalaya, memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang, turun ke pasar dan berdialog dengan para pedagang. Rizal Ramli juga menggelar Safari Demokrasi dengan mengunjungi tokoh-tokoh yang pernah dizalimi penguasa Orde Baru, seperti Gus Dur, Adnan Buyung Nasution, dan Hariman Siregar. Rizal Ramli juga diminta memberikan ceramah Subuh oleh Radio El Shinta dan menjadi khatib pada Hari Raya Idul Fitri, 1 Oktober 2008, di Lapangan Urip Sumoharjo, dengan tema “Kesalehan Sosial: Modal Dasar Bagi Perubahan Bangsa,”

Karena menilai pemerintah SBY-JK gagal meningkatkan kesejahteraan mayoritas rakyat, mengingat kebijakan ekonomi yang ditempuh sekarang masih saja bertumpu pada filosofi Neoliberalisme, Rizal Ramli akhirnya membulatkan hati untuk maju sebagai Calon Presiden pada Pilpres 2009. Langkah yang diayunkan, antara lain, dengan mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Bintang Reformasi.

  Biografi Rizal Ramli     Dr. H. Rizal Ramli lahir pada 10 Desember 1953, di Sumatera Barat. Ia sudah yatim piatu ketika menginjak usia Sekolah Dasar, sehingga untuk melanjutkan pendidikannya ia terpaksa ikut bersama neneknya di Bogor. Di Kota Hujan ini ia menyelesaikan SD sampai SMA. Ketika lulus SMA dan diterima menjadi mahasiswa ITB tahun 1973, Rizal Ramli bingung karena tidak memiliki uang untuk membiayai kuliahnya. Akhirnya, ia bekerja dulu di sebuah percetakan di Kebayoran Baru, Jakarta.  Enam bulan kemudian, setelah uang terkumpul, barulah Rizal Ramli mengenyam bangku kuliah. Karena sudah mahir berbahasa Inggris sejak SMA, Rizal Ramli pun kemudian bekerja sebagai penerjemah buku-buku maupun makalah berbahasa Inggris. Pengalaman hidup yang pahit itu menempanya menjadi orang yang dekat dengan rakyat. Ia bisa menyelami dan berempati pada kaum miskin yang sulit menjangkau sandang pangan karena pernah merasakan kehidupan yang amat sulit di masa muda.  Sebagai aktivis, dalam kapasitas sebagai Deputi Dewan Mahasiswa ITB, Rizal Ramli merupakan salah satu motor penggerak aksi mahasiswa tahun 1978. Karena menentang Rezim Otoriter Orde Baru, Rizal Ramli sempat dipenjara selama 18 bulan.  Pernikahannya dengan Hj. Herawati (alam), sosok yang bersahaja dan sangat humanis, membuat mereka semakin dekat dengan


Rizal Ramli identik dengan ECONIT Advisory Group, lembaga think tank independen yang didirikannya pada tahun 1992. Lewat ECONIT, Rizal Ramli kerap melontarkan pandangan kritis terhadap kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah Orde Baru, yang dilandasi filosofi Neo Liberalisme. Tulisannya tajam dan menghunjam, ditopang data yang akurat dan analisis yang logis. Tak pelak, di bawah kepemimpinan Rizal Ramli, ECONIT tampil sebagai lembaga think tank independen terkemuka, yang sering menyodorkan alternatif kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat banyak.

Keberpihakan Rizal Ramli kepada rakyat kecil sudah tertanam sejak menjadi aktivis mahasiswa ITB pada tahun 1970-an. Setelah melakukan perjalanan panjang ke kantong-kantong kemiskinan di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, akhirnya pada awal 1977 Rizal Ramli mencetuskan gagasan Gerakan Anti Kebodohan (GAK), yang kemudian menjadi program Dewan Mahasiswa ITB. GAK menekankan agar pemerintah menyediakan anggaran yang memadai untuk menampung 7 juta anak anak miskin yang tidak bisa menikmati pendidikan dasar karena ketiaadaan biaya.

Ketika Presiden Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden RI menggantikan BJ Habibie, Rizal Ramli diminta memimpin Badan Urusan Logistik (Bulog). Rizal Ramli bersedia memimpin Bulog karena Gus Dur berpesan agar Bulog dibenahi sehingga berpihak kepada wong cilik, kepada para petani. Rizal Ramli diangkat sebagai Menko Perekonomian pada Agustus 2000. Tak lama setelah diangkat, ia langsung mencanangkan 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi, yang meliputi:


Menciptakan stabilitas di sektor finansial


Meningkatkan kesejahteraan rakyat di pedesaan untuk memperkuat stabilitas sosial-politik

Memacu pengembangan usaha skala mikro dan usaha kecil menengah (UKM)

Meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani

Mengutamakan pemulihan ekonomi berlandaskan investasi daripada berlandaskan pinjaman

Memacu peningkatan ekspor

Menjalankan privatisasi bernilai tambah

Melaksanakan desentralisasi ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan fiskal

Mengoptimalkan pemanfaatan suberdaya alam

Mempercepat restrukturisasi perbankan

Pada Mei 2001, Rizal Ramli mendorong penghapusan cross-ownership dan cross-management antara PT Telkom dan PT Indosat. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetisi dan mendorong kedua operator telekomunikasi nasional tersebut menjadi full service operators. Banyak kalangan, baik domestik maupun internasional, menilai kebijakan yang ditempuh Rizal Ramli tersebut sebagai langkah yang tepat dan kredibel. Lewat terobosannya tersebut, negara berhasil memperoleh tambahan penerimaan Rp4,2 trilliun tanpa menjual selembar pun saham Telkom atau Indosat.

Pada 12 Juni 2001, Rizal Ramli digeser untuk menduduki posisi sebagai Menteri Keuangan. Tapi karena masa peralihan dari pemerintahan Gus Dur ke Presiden Megawati, ia resmi menjabat pada tanggal 23 Juli 2001. Ia menduduki posisi ini hingga 9 Agustus 2001. Tercatat, Rizal Ramli juga penah menduduki posisi sebagai komisaris utama di beberapa BUMN seperti, PT. Semen Gresik dan BNI. Saat menjabat sebagai Komisaris PT. Semen Gresik, ia berhasil meningkatkan laba bersih dari 1,3 Triliun Rupiah menjadi 1,8 Triliun Rupiah. Rizal Ramli menjabat sebagai Komisaris Utama BNI hanya enam bulan. Ia mengundurkan diri karena diserahi tanggung jawab lebih besar oleh Presiden Jokowi, yaitu sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya. Saat ini Rizal Ramli membawahi enam kementerian yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Pertanian. (dari berbagai sumber) Rizal Ramli harus mengakhiri jabatannya sebagai menteri, setelah Presiden Jokowi mengadakan perombakan kabinet (reshuffle) Jilid II pada hari Rabu 27 Juli 2016. Posisinya sebagai Menko Kemaritiman digantikan oleh Luhut Binsar Panjaitan.

Referensi


http://sosok-tokoh.blogspot.co.id/2016/07/sang-penerobos-rizal-ramli.html

http://dantepunyacerita.blogspot.co.id/2013/08/biografi-rizal-ramli.html

Comments

Silahkan tambahkan komentar Anda