Dunia perbankan tetap menjadi pilihannya untuk bekerja, pada tahun 2003-2005 dia menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Satar juga pernah bekerja menjadi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation. Beliau kemudian meninggalkan dunia perbankan dengan menjabat sebagai Direktur Keuangan PT. Garuda Indonesia pada 2003. Dia kemudian dipercaya untuk menjadi Direktur Utama PT. Garuda Indonesia dari tahun 2005 sampai sekarang. dan Satar telah menjadikan Maskapai terbesar ini menjadi Maskapai favorit dan terpercaya bagi kalangan dalam Negeri dan luar Negeri. Setelah berhasil membawa Garuda Indonesia menggapai rating bintang empat, obsesinya kini membawa BUMN ini mendapat peringkat bintang lima.
Menjabat sebagai Direktur Utama sejak Maret 2005. Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Bank Danamon, Direktur Keuangan Garuda Indonesia, CEO/Managing Director Niaga Finance di Hong Kong, CEO/Managing Director PT Niaga Leasing Corporation di Jakarta, Presiden Direktur/CEO PT Niaga Factoring Corporation di Jakarta, General Manager Corporate Finance Jan Darmadi Group, Assistant VP Corporate Banking Group Citibank NA, Auditor untuk Coopers & Lybrand Audit Firm. Saat ini, beliau juga menjabat sebagai Presiden Indonesia National Air Carriers Association (INACA), dan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Bidang Hubungan Kerjasama Ekonomi Internasional, Anggota Board of Governors the International Air Transport Association (IATA) dan Anggota Executive Committee Association of Asia Pacific Airlines (AAPA).
Emirsyah Satar lahir di Jakarta 28 Juni 1959, meraih gelar Sarjana Ekonomi di bidang Akuntansi dari Universitas Indonesia dan menyelesaikan program Diploma di Sorbonne University, Paris. Emirsyah Satar, memulai karir sebagai Auditor di PricewaterhouseCoopers, Jakarta 1983. Dua tahun kemudian, bergabung dengan Citibank Jakarta sebagai Asisten Vice President of Corporate Banking Group. Kemudian, dari 1990-1994 menjabat General Manager Corporate Finance Division Jan Darmadi Group di Jakarta. Pada Nopember 1994 – Januari 1996, dipercaya menduduki posisi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation, Jakarta. Setahun kemudian, menjadi Managing Director (CEO) Niaga Finance Co. Ltd, Hong Kong. Kemudian menjabat Direktur Keuangan (CFO) di PT Garuda Indonesia sebelum bergabung dengan Bank Danamon sebagai Wakil Direktur Utama (2003 2005).
Menteri Negara BUMN Sugiharto saat sedang rapat dengan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Rabu (16/3/2005) malam membenarkan telah menetapkan susunan komisaris dan direksi PT Garuda Indonesia yang baru. Emirsyah Satar, ditunjuk sebagai direktur utama perusahaan penerbangan pembawa bendera Indonesia itu. Beliau didampingi Soenarko Kuntjoro (Dirut Gapura Angkasa) sebagai direktur teknik untuk menggantikan Richard BS dan Agus Priyanto (General manager Garuda di Frankfurt, Jerman) sebagai direktur niaga menggantikan Bahrul Hakim. Sedangkan direktur operasi tetap dijabat Rudi A. Hardono.
Sementara susunan Dewan Komisaris dipimpin oleh Abdulgani, mantan Direktur Utama (Dirut) Garuda sebelum Indra Setiawan yang pernah membawa perusahaan BUMN ini mendapatkan penghargaan dari bandara internasional di Belanda. Beliau menggantikan Marsilam Simanjuntak, yang mengundurkan diri tahun lalu (2004). Komisaris lainnya adalah Gunarni Soeworo, mantan Dirut Bank Niaga dan juga Ketua Perbanas sebagai komisaris independen; M Soeparno, mantan Dirut Garuda; serta Slamet Riyanto dan Aries Mufti.
Menurut Sugiharto, revitalisasi di tubuh Garuda diperlukan karena masa jabatan direksi lama sudah demisioner sejak tahun 2003. Akibatnya, efektivitas kerja manajemen menurun dan Garuda Indonesia merugi cukup signifikan. "Kinerja operasi Garuda menurun terlihat dari on time perfomance Garuda belum memuaskan," ungkap keterangan pers ke Menterian BUMN yang diterima 16/3/2005. Dijelaskan, ke Menterian BUMN telah melakukan uji kepatutan dan kelayakan dengan menggunakan konsultan independen. Pengujian tersebut dilakukan secara bertahap dimulai dengan uji kompetensi, kelayakan psikologis dan kelayakan moral. Guna menjaga kesinambungan manajemen dan mengembangkan sumber daya internal, direksi baru Garuda sebagian besar berasal dari dalam BUMN penerbangan itu sendiri. Keterangan pers tertulis itu juga menyebutkan, Menteri BUMN berharap agar komisaris dan direksi Garuda yang baru dapat menggunakan kompetensi dan pengalamannya untuk memimpin program revitalisasi Garuda.
Direksi dan Komisaris
Menteri Negara BUMN Sugiharto saat sedang rapat dengan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Rabu (16/3/2005) malam membenarkan telah menetapkan susunan komisaris dan direksi PT Garuda Indonesia yang baru. Emirsyah Satar, ditunjuk sebagai direktur utama perusahaan penerbangan pembawa bendera Indonesia itu. Beliau didampingi Soenarko Kuntjoro (Dirut Gapura Angkasa) sebagai direktur teknik untuk menggantikan Richard BS dan Agus Priyanto (General manager Garuda di Frankfurt, Jerman) sebagai direktur niaga menggantikan Bahrul Hakim. Sedangkan direktur operasi tetap dijabat Rudi A. Hardono.
Sementara susunan Dewan Komisaris dipimpin oleh Abdulgani, mantan Direktur Utama (Dirut) Garuda sebelum Indra Setiawan yang pernah membawa perusahaan BUMN ini mendapatkan penghargaan dari bandara internasional di Belanda. Beliau menggantikan Marsilam Simanjuntak, yang mengundurkan diri tahun lalu (2004). Komisaris lainnya adalah Gunarni Soeworo, mantan Dirut Bank Niaga dan juga Ketua Perbanas sebagai komisaris independen; M Soeparno, mantan Dirut Garuda; serta Slamet Riyanto dan Aries Mufti.
Menurut Sugiharto, revitalisasi di tubuh Garuda diperlukan karena masa jabatan direksi lama sudah demisioner sejak tahun 2003. Akibatnya, efektivitas kerja manajemen menurun dan Garuda Indonesia merugi cukup signifikan. "Kinerja operasi Garuda menurun terlihat dari on time perfomance Garuda belum memuaskan," ungkap keterangan pers ke Menterian BUMN yang diterima 16/3/2005. Dijelaskan, ke Menterian BUMN telah melakukan uji kepatutan dan kelayakan dengan menggunakan konsultan independen. Pengujian tersebut dilakukan secara bertahap dimulai dengan uji kompetensi, kelayakan psikologis dan kelayakan moral. Guna menjaga kesinambungan manajemen dan mengembangkan sumber daya internal, direksi baru Garuda sebagian besar berasal dari dalam BUMN penerbangan itu sendiri. Keterangan pers tertulis itu juga menyebutkan, Menteri BUMN berharap agar komisaris dan direksi Garuda yang baru dapat menggunakan kompetensi dan pengalamannya untuk memimpin program revitalisasi Garuda.
Menteri BUMN berharap dalam waktu singkat komisaris dan direksi Garuda yang baru dapat melakukan due dilligence (uji tuntas) atas kondisi Garuda saat ini. Pada kesempatan rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR Februari 2005 Direktur Utama (Dirut) Garuda Indra Setiawan mengungkapkan, sisa saldo perusahaan penerbangan nasional itu per Desember 2004 sebesar US$123 juta. Namun, jumlah itu belum termasuk kewajiban pembayaran operasional penerbangan haji yang harus dilaksanakan Garuda pada Januari-Maret 2005. Bila Garuda harus menyelesaikan kewajiban atas biaya tersebut yang diperkirakan mencapai US$80 juta hingga US$90 juta, ditambah tanggungan kewajiban lain yang saat ini mencapai US50 juta, cash flow Garuda pada April 2005 menjadi negatif US$17 juta. Kondisi ini akan menyulitkan Garuda untuk mengembangkan bisnisnya.
http://www.garuda-indonesia.com
http://profil.merdeka.com
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1147-dirut-garuda-indonesia
Referensi
http://profil.merdeka.com
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1147-dirut-garuda-indonesia
Comments