Coldplay adalah grup musik rock alternatif yang dibentuk di London, Britania Raya, pada tahun 1996. Grup musik ini terdiri dari Chris Martin sebagai vokalis utama, Jonny Buckland sebagai gitaris utama, Guy Berryman sebagai bassis, dan Will Champion sebagai drummer. Coldplay telah merilis 4 album sepanjang kariernya, dimulai dari album debut Parachutes (2000), kemudian A Rush of Blood to the Head {2002), X&Y (2005), dan albumViva la Vida or Death and All His Friends (2008) dan terakhir adalah sebuah album konser berjudul LeftRightLeftRightLeft (2009). Secara keseluruhan, Coldplay telah meraih kesuksesan melalui 4 album ini dengan total penjualan mencapai 33,9 juta album.Beberapa singelnya telah menjadi hit seperti "Yellow", "Clocks" (pemenang Record of the Year pada Grammy Award 2004), "The Scientist", "Speed of Sound", "Fix You", dan "Viva la Vida". Mereka mendapat tanggapan baik dari media di album Viva La Vida Or Death and All His Friends setelah di album X&Y mendapat kritik yang buruk di media. Kisah Sejarah Band Coldplay berawal dari meja bilyar.
Tepatnya sebuah meja bilyar yang terletak di sebuah pub tak jauh dari kampus mereka, University College of London. Satu malam di pertengahan tahun 1996, dua orang mahasiswa tampak asik bermain bilyar. Mereka adalah Jonny Buckland dan Chris Martin. Walaupun beda jurusan - Jonny kuliah di jurusan Matematika dan Astronomi, sedangkan Chris menekuni Sejarah Dunia Kuno - kedua cowok ini sudah lengket satu sama lain atas nama musik.Nggak berapa lama meja itu nambah satu pemain. Kali ini adalah seorang mahasiswa jurusan Antropologi yang sempet beberapa lama jadi rekan se-tim chris di lapangan hoki kampus. Namanya Will Champion. Sembari terus bermain serta sesekali menenggak bir, ketiga cowok ini ngobrol dan mereka-reka kemungkinan buat sama-sama membentuk sebuah band. Yang pertama kali melontarkan gagasan adalah Chris Martin. Itu dicetuskannya lantaran vokalis yang gape memetik gitar akustik dan piano ini nggak puas sama bandnya saat itu, Pectoralz. Ajakan itu ditangapi serius sama Will. Padahal saat itu ia sudah tercatat sebagai personal band Fat Hamster. serupa juga sambutan dari Jonny. Cowok kelahiran Mold, wales Utara ini, malah langsung ngusulin nama Guy Berryman, temennya di asrama buat melengkap formasi band. Begitu dihubungi, Guy langsung menganggukkan kepalanya.
Mahasiswa jurusan Teknik itu lagi suntuk terus-terusan mainin aliran progresif sama bandnya, Time Out. "Band itu gawat bener. Gara-gara personel yang paling jago di situ tuh ngefans berat sama Genesis, yang lainnya harus ikutin kemauannya. ue tersiksa banget ngiringin solo instrumen yang lama-lama jadi kedengaran nggak masuk akal !" kenang Guy Setelah semua lini terisi, band yang sampe saat itu belum mempunyai nama itu segera menggelar workshop di gudang kosong yang ada di asrama mereka. Sesekali mereka boleh berlatih di ruang musik milik kampus. Selain menyamakan persepsi dengan ngebawain lagu-lagu milik band lain, mereka juga coba-coba bikin lagu sendiri. "Apa yang ada di kepala kami saat itu cuma musik, musik dan musik. Inti dari workshop sendiri adalah berusaha mengeluarkan yang terbaik dari tiap personel dan menkolaborasikannya menjadi sesuatu." ingat Chris.Saking getolnya bermusik, mereka nggak sempet mikirin soal nama band. Memang mereka pernah melontarkan nama-nama seperti Stepney, Green atau Starfish. Ujung ujungnya, mereka memilih nama Coldplay, yang merupakan nama band milik salah seorang temen mereka yang udah bubar. "Pokoknya jangan pernah tanya apa arti 'Coldplay'.
Mahasiswa jurusan Teknik itu lagi suntuk terus-terusan mainin aliran progresif sama bandnya, Time Out. "Band itu gawat bener. Gara-gara personel yang paling jago di situ tuh ngefans berat sama Genesis, yang lainnya harus ikutin kemauannya. ue tersiksa banget ngiringin solo instrumen yang lama-lama jadi kedengaran nggak masuk akal !" kenang Guy Setelah semua lini terisi, band yang sampe saat itu belum mempunyai nama itu segera menggelar workshop di gudang kosong yang ada di asrama mereka. Sesekali mereka boleh berlatih di ruang musik milik kampus. Selain menyamakan persepsi dengan ngebawain lagu-lagu milik band lain, mereka juga coba-coba bikin lagu sendiri. "Apa yang ada di kepala kami saat itu cuma musik, musik dan musik. Inti dari workshop sendiri adalah berusaha mengeluarkan yang terbaik dari tiap personel dan menkolaborasikannya menjadi sesuatu." ingat Chris.Saking getolnya bermusik, mereka nggak sempet mikirin soal nama band. Memang mereka pernah melontarkan nama-nama seperti Stepney, Green atau Starfish. Ujung ujungnya, mereka memilih nama Coldplay, yang merupakan nama band milik salah seorang temen mereka yang udah bubar. "Pokoknya jangan pernah tanya apa arti 'Coldplay'.
Soalnya kami sendiri nggak pernah mikirin. Saat itu, cuma kata itulah yang paling masuk akal bagi kami ketimbang pilihan nama lainnya !" ungkap Chris cuek. Memasuki 1998, Chris cs sepakat buat merekam sebagian materi yang dianggap udah mantap sebagai demo. bermodal beberapa ratus pounds mereka menyewa Sync City Studios dan mulai menggarap demo. Entah kesambet setan mana, rencana membuat demo itu di tengah jalan berkembang menjadi mini album, yang nantinya bakal diedarkan sendiri. Jadilah tuh demo diperbanyak sampe sekitar 500 keping CD dan dirilis pada bulan Mei tahun yang sama dengan titel Safety.Nggak disangka dari 500 keping yang diedarkan di seputar London, hanya sekitar 50 keping yang tersisa. Nama Coldplay mulai terdengar gaungnya. Beruntung, ada beberapa keping CD yang udah tersebar itu jatuh ke tangan yang tepat. Siapa lagi kalo bukan petinggi-petinggi perusahaan rekaman. Alhasil nggak nyampe setahun kemudian Coldplay teken kontrak pertamanya dengan Parlophone Records. Biar udah punya kontrak rekaman, kuartet ini tetap merasa perlu mempertinggi jam terbang di atas panggung. Mereka sadar betul kalo Coldplay tuh tergolong 'BTL' alias 'band tembak langsung', yang go straight ke dapur rekaman tanpa pengalaman manggung. Boleh percaya boleh nggak, biar udah mantap di jalur musik, Chris dkk ogah berkiprah lebih jauh karena kuliah mereka belum selesai. Cuma Guy aja yang ngak ngotot. Dengan beberapa pertimbangan, cowok ini rela nggak jadi tukang insinyur demi seratus persen menekuni musik.
Sembari 3/4 personelnya berjuang di bangku kuliah, Coldplay juga berusaha buat terus berproduksi. Sampai akhirnya mereka merilis mini album lagi pada bulan April 1999. Berjudul Brothers and Sisters, tuh album dirilis dalam jumlah tiga kali lipat lebih banyak dari yang pertama. Album itu gak kalah larisnya. bahkan ada satu sngel yang sempet nongkrong di top 100 tangga lagu Inggris Raya. Phil Harvey, yang menukangi manajemen Coldplay, jeli menangkap momen yang bisa melesatkan nama Coldplay. Seakan nggak mau menyia-nyiakan tren yang udah tercipta lewat Brohers and Sisters, Phil kembali menggiring Chris dkk masuk sudio rekaman buat memproduksi satu mini album lagi. Bulan Oktober 1999, mini album bertajuk The Blue Room itu dirilis. diikuti dengan sederet penampilan di berbagai festival bergengsi serta jadi pembuka buat Catatonia, jalan yang dilalui Coldplay saat itu bisa dibilang makin lapang terbentang. Tabloid musik paling bergengsi Inggris, NME, bahkan sempat menyebut mereka sebagai salah satu hottest band tahun 1999.
Album ketiga mereka, X&Y dirilis tahun 2005. X&Y meraih banyak review positif dan bahkan menjadi album terlaris di dunia sepanjang tahun 2005. Viva la Vida or Death and All His Friends dirilis tahun 2008 sebagai album studio keempat Coldplay. Album ini berhasil meraih banyak nominasi dan memenangkan penghargaan Grammy Awards. Single Viva la Vida dari album ini menjadi hit sukses dan merupakan salah satu lagu terpopuler Coldplay secara keseluruhan. Coldplay lalu merilis album studio kelima mereka, Mylo Xyloto pada tahun 2011 dan menjadi album terlaris se-Britania Raya.
Di tahun 2014, mereka merilis album bertajuk Ghost Stories. Album ini kembali sukses dengan sederet lagu single seperti Magic dan A Sky Full of Stars. Hanya berselang setahun, album ketujuh mereka, A Head Full of Dreams dirilis, menampilkan single Adventure of a Lifetime dan Hymns for the Weekend sebagai single utama dari album ini. Banyak pihak yang menganggap bahwa A Head Full of Dreams akan menjadi album terakhir dalam perjalanan karir Coldplay, meski hal ini belum dikonfirmasi dari pihak band tersebut.
Referensi
http://museummusik.blogspot.co.id/2014/02/profil-biografi-coldplay.html#ixzz4T2voQpbI
http://redarmy2.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-berdirinya-coldplaybiodata.html
Referensi
http://museummusik.blogspot.co.id/2014/02/profil-biografi-coldplay.html#ixzz4T2voQpbI
http://redarmy2.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-berdirinya-coldplaybiodata.html
Comments