Biografi Sidik – Tokoh Tunadaksa yang Sukses

Biografi Sidik – Tokoh Tunadaksa yang Sukses   Berbisnis Krupuk Singkong   Dalam masa itu, Sidik mengikuti pelatihan kerja untuk penyandang cacat yang diadakan oleh pemda DKI. Dari sini Sidik tertarik untuk berbisnis kerupuk singkong. Proses pembuatan kerupuk singkong jauh lebih rumit dari keripik singkong. Jika keripik singkong adalah singkong yang diiris tipis lalu digoreng sedangkan kerupuk singkong adalah singkong yang telah dikupas diparut, lalu diberi aneka bumbu dan tepung, lalu adonan dibentuk kembali seperti batang singkong lalu dijemur. Setelah menggumpal, adonan lalu diiris tipis dan dijemur lagi sampai dua hari baru di goreng.  Modal awal Sidik diperolehnya dari pemda DKI setelah ikut pelatihan sebesar 1 juta. Dari sekian puluh peserta yang mengikuti pelatihan itu, hanya dia yang tetap survive dengan bisnisnya. Awalnya Sidik hanya mengolah 10 kg singkong, kini ia bisa menghabiskan 50 hingga 100 kg singkong per bulannya. “Dulu belum ada merek, plastiknya pembungkusnya masih polos.” Katanya. Pada awal produksi ia memproduksi sekitar 100 bungkus kerupuk berukuran 2 ons dari bahan baku singkong 10 kilogram. “Namanya juga pertama, kerupuk dagangan saya baru habis setelah sebulan lebih.” Lanjutnya lagi.  Kerupuk buatannya ia beri nama cap gurame. “Saya beri nama merek Cap

Berbisnis Krupuk Singkong


Dalam masa itu, Sidik mengikuti pelatihan kerja untuk penyandang cacat yang diadakan oleh pemda DKI. Dari sini Sidik tertarik untuk berbisnis kerupuk singkong. Proses pembuatan kerupuk singkong jauh lebih rumit dari keripik singkong. Jika keripik singkong adalah singkong yang diiris tipis lalu digoreng sedangkan kerupuk singkong adalah singkong yang telah dikupas diparut, lalu diberi aneka bumbu dan tepung, lalu adonan dibentuk kembali seperti batang singkong lalu dijemur. Setelah menggumpal, adonan lalu diiris tipis dan dijemur lagi sampai dua hari baru di goreng.

Modal awal Sidik diperolehnya dari pemda DKI setelah ikut pelatihan sebesar 1 juta. Dari sekian puluh peserta yang mengikuti pelatihan itu, hanya dia yang tetap survive dengan bisnisnya. Awalnya Sidik hanya mengolah 10 kg singkong, kini ia bisa menghabiskan 50 hingga 100 kg singkong per bulannya. “Dulu belum ada merek, plastiknya pembungkusnya masih polos.” Katanya. Pada awal produksi ia memproduksi sekitar 100 bungkus kerupuk berukuran 2 ons dari bahan baku singkong 10 kilogram. “Namanya juga pertama, kerupuk dagangan saya baru habis setelah sebulan lebih.” Lanjutnya lagi.

Kerupuk buatannya ia beri nama cap gurame. “Saya beri nama merek Cap Gurame, ini sama sekali tak ada hubungannya sama ikan gurame, tetapi gurame adalah singkatan dari Gurih, Renyah, Enak,” katanya tersenyum. “Kalau nanti ada biaya, merek ini saya mau patenkan.” tambahnya.

Sampai saat ini semua pekerjaan dari membuat sampai memasarkannya ia lakukan berdua dengan istrinya. Ia lalu menitipkan dagangannya ke toko-toko dan koperasi dengan sistim konsinyasi. Setiap hari ia keluar masuk kampung menjajakan dagangannya. Satu bungkus harganya 5000, namun jika membeli banyak seperti untuk dijual lagi, ia akan memberi diskon 1000 per bungkus.

Dari hasil kerupuk cap gurame ini ia mengantongi laba hingga jutaan rupiah per bulan yang lumayan cukup untuk menafkahi keluarganya. Rumahnya sendiri masih sederhana dan hanya terdiri dari tiga ruangan dimana satu ruangan ia gunakan untuk memproduksi kerupuk.

Suatu hari ada pengusaha lokal yang salut akan perjuangan dan semangatnya menghadiahinya sebuah sepeda motor. Sidik sangat senang sekaligus bingung karena tak punya kaki gimana mau mengendarainya. Sidik tak kehilangan akal, ia pergi ke tukang las dan maminta tolong untuk membuatkan tongkat agar ia bisa mengerem dan mengganti prosneleng dengan tangannya. Tak lupa sepeda motornya ia tambahi gerobak di sebelahnya sehingga bisa mengangkut kerupuk hasil produksinya. Ia sangat bersyukur dengan sepeda motor itu. Dengan begitu mobilitasnya bisa semakin cepat.

Rasa kerupuk Cap Gurame memang enak, perpaduan rasa manis, asin dan pedas cocok untuk lauk atau camilan. Kerupuk buatannya begitu diminati sehingga terkadang ia ditelpon sampai berkali-kali oleh toko karena stoknya kehabisan. Ke depan Sidik memiliki visi ingin agar kerupuknya go internasional. Ia memiliki mimpi suatu saat kerupuknya digandrungi orang Amerika.

Comments

Silahkan tambahkan komentar Anda