Biografi Iim Fahima Jachja – Sukses Berbisnis On Line

 Biografi Iim Fahima Jachja – Sukses Berbisnis On Line     Sebagian orang bisa terlena dan mempertahankan kemapanannya dengan segala cara. Tapi sebagaian lagi justru berani memulai kembali dari nol untuk mencapai sukses. Iim Fahima Jachja salah satunya, bisnis virtual marketingnya berhasil memasarkan 30 brand kliennya. Apa yang dilakukan ibu satu anak ini memang sedikit berbeda. Mapan berkarir di sebuah perusahaan periklanan besar, Iim Fahima Jachja beserta suaminya Adhitia Sofyan yang saat itu sebagai art direktor agent periklanan, justru mengambil langkah berani dengan menjadi entrepreneur di dunia virtual marketing. Padahal untuk mewujudkan keinginan itu mereka harus memulainya dari nol. “Saya tidak tahu darimana mendapatkan keberanian tersebut. Tapi saat itu saya yakin bahwa pemasaran secara on line akan berkembang.” Ungkapnya.  Berbekal riset dengan mengususng bendera Virus Communication, pada 2005 Iim (panggilan Iim Fahima Jachja) bersama suami mulai menjalankan usaha mereka. “Kenapa on line, karena kesempatannya besar. Saat itu sudah kelihatan, pengguna internet di Indonesia sangat tinggi. Ada potensi maka saya memutuskan masuk ke online,” papar Iim.  Selain itu sekitar 2006 Indonesia sedang dalam masa krisis yang berdampak pada pemangkasan budget di perusahaan-perusahaan. “Saat itu menurut logika saja kita sudah tahu bahwa di biro

Sebagian orang bisa terlena dan mempertahankan kemapanannya dengan segala cara. Tapi sebagaian lagi justru berani memulai kembali dari nol untuk mencapai sukses. Iim Fahima Jachja salah satunya, bisnis virtual marketingnya berhasil memasarkan 30 brand kliennya. Apa yang dilakukan ibu satu anak ini memang sedikit berbeda. Mapan berkarir di sebuah perusahaan periklanan besar, Iim Fahima Jachja beserta suaminya Adhitia Sofyan yang saat itu sebagai art direktor agent periklanan, justru mengambil langkah berani dengan menjadi entrepreneur di dunia virtual marketing. Padahal untuk mewujudkan keinginan itu mereka harus memulainya dari nol. “Saya tidak tahu darimana mendapatkan keberanian tersebut. Tapi saat itu saya yakin bahwa pemasaran secara on line akan berkembang.” Ungkapnya.


Berbekal riset dengan mengususng bendera Virus Communication, pada 2005 Iim (panggilan Iim Fahima Jachja) bersama suami mulai menjalankan usaha mereka. “Kenapa on line, karena kesempatannya besar. Saat itu sudah kelihatan, pengguna internet di Indonesia sangat tinggi. Ada potensi maka saya memutuskan masuk ke online,” papar Iim.

Selain itu sekitar 2006 Indonesia sedang dalam masa krisis yang berdampak pada pemangkasan budget di perusahaan-perusahaan. “Saat itu menurut logika saja kita sudah tahu bahwa di biro iklan ini sebentar lagi pasti akan ada perubahan tren. Maka sebelum kapalnya tenggelam kita harus cepat cepat keluar,” ujarnya, mengenai alasan hengkangnya dari perusahaan saat itu.

Selanjutnya Iim aktif menggunakan internet dengan mengikuti banyak milis. Langkah tersebut berdampak pada Virus Communication yang mulai dikenal di kalangan blogger. Apalagi muncul gejala beralihnya banyak perusahaan dengan memilih promosi di media online yang dirasa lebih murah dan cepat.

Gejala yang sudah terlihat tiga tahun belakangan, berakibat tidak hanya dimanfaatkannya media cetak dan elektronik saja. Namun berkembang dan menjadikan internet sebagai media dalam menawarkan barang dan jasa atau memebangun citra. Sebagai sebuah perusahaan konsultasi pemasaran, Virus Communication jelas mulai mendapatkan lahan.

Virus Communication selanjutnya berkolaborasi dengan Virtual Consulting. Virus unggul dalam hal digital advertising sedang Virtual unggul dalam hal online business development. Virus akhirnya melakukan merger dengan virtual untuk memperkokoh diri sebagai perusahaan konsultan online marketing papan atas di Indonesia. “Kelebihan menggunakan media online adalah perusahaan bisa memantau setiap hari soal loyalitas pada sebuah brand. Beberapa brand yang kami kerjakan adalah Centro, Soyjoy, Richees, Hewlett Packard, Telkom, Toyota, Tupperware dan banyak lagi. Ada yang memanfaatkan twitter, facebook, dan website untuk mendekatkan diri kepada konsumennya. Sekarang orang lebih tertarik twitter padahal elemen pendukung lain juga mesti dioptimalkan,” jelas wanita kelahiran 7 Februari 1978 ini.

Yang membedakan cara bisnis Iim dengan advertising konvensional adalah hal perantara komusikasi. “Tantangan pemasaran via online seperti yang saya jalani, lebih besar. Bandingkan saja dengan sebuah iklan televisi, yang besarnya memenuhi satu layar. Di satu layar situs internet bisa terdapat lebih dari satu iklan online. Nah disinilah seninya iklan online. Setiap konsultan iklan online butuh strategi khusus agar iklannya dilirik konsumen dan menang bersaing dengan jejeran iklan lain sehingga efektif menjaring konsumen,” ungkap Iim.

Walau bergerak di bidang online, Iim mengaku bahwa antara media konvensional dan virtual sebenarnya saling mendukung. “Iklan di media konvensional dan internet keduanya perlu. Yang perlu lebih diperhatikan adalah dimana sebenarnya target audience kita, apakah ada di internet atau bukan. Jadi bukan karena internet sedang trend terus semua harus ke internet. Semua tergantung relevan atau tidak,” ucapnya menjelaskan.

Sebagai pelaku di bisnis online, Iim menambahkan bahwa selalu belajar dan memperbaharui diri agar mampu membaca tanda-tanda zaman dengan cepat. “Setiap hari selalu ada yang baru dan kita harus cepat beradaptasi dengan itu. Tidak semua orang bisa survive dengan perubahan yang terjadi akibat adanya teknologi digital. Itu adalah pelajaran yang luar biasa,” ungkapnya.

Walau awalnya berdua dengan suami, namun dalam tiga tahun pertumbuhannya Virus Communication akhirnya menginfeksi dengan cepat, berpartner dan mampu mempekerjakan hingga 60 orang, serta menangani lebih dari 30 brand.

                  Biografi Iim Fahima Jachja – Sukses Berbisnis On Line     Sebagian orang bisa terlena dan mempertahankan kemapanannya dengan segala cara. Tapi sebagaian lagi justru berani memulai kembali dari nol untuk mencapai sukses. Iim Fahima Jachja salah satunya, bisnis virtual marketingnya berhasil memasarkan 30 brand kliennya. Apa yang dilakukan ibu satu anak ini memang sedikit berbeda. Mapan berkarir di sebuah perusahaan periklanan besar, Iim Fahima Jachja beserta suaminya Adhitia Sofyan yang saat itu sebagai art direktor agent periklanan, justru mengambil langkah berani dengan menjadi entrepreneur di dunia virtual marketing. Padahal untuk mewujudkan keinginan itu mereka harus memulainya dari nol. “Saya tidak tahu darimana mendapatkan keberanian tersebut. Tapi saat itu saya yakin bahwa pemasaran secara on line akan berkembang.” Ungkapnya.  Berbekal riset dengan mengususng bendera Virus Communication, pada 2005 Iim (panggilan Iim Fahima Jachja) bersama suami mulai menjalankan usaha mereka. “Kenapa on line, karena kesempatannya besar. Saat itu sudah kelihatan, pengguna internet di Indonesia sangat tinggi. Ada potensi maka saya memutuskan masuk ke online,” papar Iim.  Selain itu sekitar 2006 Indonesia sedang dalam masa krisis yang berdampak pada pemangkasan budget di perusahaan-perusahaan. “Saat itu menurut logika saja kita sudah tahu bahwa di biro

Jika penulis telaah, sosok Iim Fahima Jachja adalah sosok yang berani ambil keputusan akan nasib hidupnya, tidak pernah merasa puas (bukan berarti tidak bersyukur) dan suka mencari tantangan baru. Ya, memang dalam hidup kita harus mengetahui apa yang ingin kita tuju. Jika memang jalan yang saat ini ditempuh tidak bisa mengantarkan ke tujuan kita, ya....harus berani berhenti untuk ambil jalan lain yang mengarahkan kita ke tujuan kita.

Comments

Silahkan tambahkan komentar Anda