Bob Marley adalah seorang pahlawan dalam rasa mitologi klasik. Keberangkatannya dari planet ini datang pada pandangannya tentang “Satu dunia, satu cinta” (Vision of One World One Love) yang diilhami dari kepercayaannya dalam Rastafarian. Tour terakhir Bob Marley dan The Wailers pada tahun 1980 menarik pendengar terbesar pada waktu itu untuk segala musik di Eropa. Kapten Norval Sinclair Marley adalah seseorang yang berperawakan kecil. Ia adalah seorang pengawas tanah perusahaan Crown Lands, milik PemerintahanInggris yang telah menjajah Jamaika sejak tahun 1660 an yang terletak sebelah utara pulau itu. Pangkat yang disandangnya ia dapat saat menjadi komandan markas di Resimen British Hindia Barat.
Suatu saat ia bertemu dengan Cendella, seorang wanita pribumi yang telah mamikat hatinya pada saat dia sedang berkunjung ke distrik Nine Miles. Hubungan mereka menjadi pergunjingan warga setempat karena Ras. Pada Mei 1944 cedella mengejutkan keluarganya karena hamil. Sehingga pada hari jumat dilaksanakanlah pernikahan antara Norval dengan Cendella dan sehari setelah pernikahan mereka, Cendella diungsikan ke Kingston agar tidak tercorek namanya sebagai ahli waris keluarganya.
Dan akhirnya Cendella melahirkan seorang anak yang diberi nama Robert Nesta Marley yang lahir pada pukul 2.30, Rabu Februari 1945 dengan bobot enam setengan pon (3.25 kg) di Nine Miles. Konon pada malam kelahirannya, banyak orang melihat beberapa meteor jatuh, yang menurut keyakinannya akan lahir seorang tokoh besar. Pada tahun 1950 Cendella pindah ke Trench Town – Kingston. Marley mulai berinteraksi dengan geng-geng jalanan yang kemudian berlanjut menjadi gerombolan bernama “The Rudeboys. Walaupun berperawakan kecil seperti ayahnya, tapi karena kekuatannya ia dijuluki “Tuff Gong”.
Setelah Marley drop out dari sekolahnya ia mulai tertarik dengan musik. Pada awal 1962 Bob Marley, Bunny Livingstone, Peter Mcintosh, Junior Braithwaite, Beverley Kelso dan Cherry Smith membentuk grup ska & rocksteady dengan nama “The Teenager” yang nantinya berubah menjadi The Wailing Rudeboys dan berganti lagi menjadi The Wailing Wailer dan akhirnya menjadi The Wailers. Terlihat jelas melalui sinar matahari jamaika kamu dapat memilih bagian dari dongeng tentang Marley antara lain : tentang kesedihan, cinta, pemahaman, dan Godgiven talent.
Dua dekade setelah dia meninggal, Imensitas (kebesaran) Bob Marley menempatkannya menjadi satu diantara figur-figur transenden terbesar sepanjang abad. Riak-riak yang dilakukannya menyebrang dari sungai musiknya kedalam samudera politik, etika, gaya filsfat, dan agama (Rastafarian). Bob Marley dimasukkan ke dalam Rock n Roll Hall of Fame pada tahun 1994. Majalah time memilih lagu Bob Marley & The Wailers Exodus sebagai album terbersar pada abad ke-20. pada tahun 2001 ia memenangkan Grammy Lifetime Achivement Award.
Pada tahun yang sama kemudian film documenter tentang hidupnya dibuat oleh Jeremy Marre, Rebel Music, dinominasikan untuk The Best Long Form Music Video documentary at the Grammies, serta penghargaan untuk beberapa kategori lainnya. Dengan kontribusi dari Rita, The Wailers, dan para pecintanya serta anaknya, film tersebut menceritakan tentang Marley, yang juga disertai kata-kata Marley sendiri. Pada musim panas tahun 2006, Kota New York memberikan penghargaan tersendiri bagi Bob Marley dengan memberi nama pada jalam gereja dari jalan Ramsen ke East 98th street dibagian timur Brookliyn dengan memberi nama “Marley Boulevard”. Dan masih banyak lagi penghargaan yang Bob Marley dapatkan.
Dua dekade setelah dia meninggal, Imensitas (kebesaran) Bob Marley menempatkannya menjadi satu diantara figur-figur transenden terbesar sepanjang abad. Riak-riak yang dilakukannya menyebrang dari sungai musiknya kedalam samudera politik, etika, gaya filsfat, dan agama (Rastafarian). Bob Marley dimasukkan ke dalam Rock n Roll Hall of Fame pada tahun 1994. Majalah time memilih lagu Bob Marley & The Wailers Exodus sebagai album terbersar pada abad ke-20. pada tahun 2001 ia memenangkan Grammy Lifetime Achivement Award.
Pada tahun yang sama kemudian film documenter tentang hidupnya dibuat oleh Jeremy Marre, Rebel Music, dinominasikan untuk The Best Long Form Music Video documentary at the Grammies, serta penghargaan untuk beberapa kategori lainnya. Dengan kontribusi dari Rita, The Wailers, dan para pecintanya serta anaknya, film tersebut menceritakan tentang Marley, yang juga disertai kata-kata Marley sendiri. Pada musim panas tahun 2006, Kota New York memberikan penghargaan tersendiri bagi Bob Marley dengan memberi nama pada jalam gereja dari jalan Ramsen ke East 98th street dibagian timur Brookliyn dengan memberi nama “Marley Boulevard”. Dan masih banyak lagi penghargaan yang Bob Marley dapatkan.
Kisah hidup Bob Marley adalah sebuah arketipe, itulah kenapa karya-karyanya abadi dan terus bergema. Bob Marley berbicara tentang represi politik, wawasan metafisik dan artistic, kesejahteraan dan apa saja yang mengusiknya. “No Women No Cry” masih akan terus mengahapus air mata dari wajah seorang janda “Exodus” masih akan memunculkan ksatria, “Redemtion Song” masih akan menjadi tangisan emansipasi untuk melawan segala tirrani, “Waiting in Vaint” akan tetap menggairahkan, dan “One Love” akan terus menjadi himne internasional bagi kesatuan kemanusiaan didunia melampui batas-batas, melampui kepercayaan-kepercayaan, di mana tiap orang akan sadar dan mempelajarinya.
Bob Marley bukan hanya sekedar bintang musik yang sebagian besar rekamannya memecahkan rekor internasional, namun ia juga menjadi sebuah figure moral dan religius. Selain Bob Marley kita juga harus mengakui bahwa banyak musisi yang lebih unggul dari penemuan instrumental, gaya vocal gubahan musik, dan sebagainya.tetapi hanya Bob Marley yang dapat membuat kita melihat ribuan orang Hpi dari Mexico, Maori dari Selandia Baru bahkan komunitas-nya di Indonesia (Jogjakarta dan Bali), berkumpul tiap tahun untuk menghormatinya.
Banyak penggemarnya di seluruh dunia meniru gaya rambut dreadlocknya karena fanatic walaupun tidak sedikit pula yang meniru dreadlock Bob Marley karena terkena imbas voyeurisme, padahal sebenarnya dreadlock Bob Marley sebagai bagian dari keyakinannya akan ajran Rastafarian, dan bukan dari pengkulturan dari selebriti idolanya. Pada umumnya di Indonesia, sosok Bob Marley banyak diidentikkan dengan ganja, padahal ganja adalah ritual serta bagian dari ajaran Rastafarian dan Bob Marly adalah penganutnya. Wajar bila ia mengkonsumsi, menjadikan syair, dan menyanyikannya.
Karir
Bob Marley kembali ke Jamaika setahun kemudian dan mengeluarkan album “Survival” setahun berikutnya yaitu pada tahun 1979. Kata Survival mungkin diambil dari apa yang sedang ia rasakan yaitu ia harus survive walau telah divonis kanker kulit. Untuk lebih mengenalkan lagu Survival, Bob Marley bersama grup nya tur keliling Eropa dan mereka sukses dengan turnya itu. Nama Bob Marley semakin terkenal.
Bob Marley juga merengkuh warga kulit hitam di Amerika Serikat dengan mengadakan dua konser di Madison Square Garden. Namun suatu kejadian membuatnya harus meliburkann aktivitas keartisannya. Saat jogging di NYC’s Central Park Bob Marley pingsan. Setelah diperiksa oleh dokter ternyata kanker yang dideritanya bukan hanya dikulit tapi sudah menyebar ke paru-paru, lambung dan otak.
Bob Marley Meninggal
Terus menerus berjuang melawan kanker, akhirnya Bob Marley kalah. Penyanyi Reggae yang legendaris inipun meninggal di Miami Hospital pada tanggal 11 Mei 1981 di umurnya yang ke 36. Bob Marley meninggalkan satu istri dan lima orang anak. Dunia pun berduka, mereka kehilangan sosok penyanyi nyentrik dan unik serta berbakat yang susah ditemukan lagi.Dua puluh tahun setelah kepergiannya, kebesaran Bob Marley mulai mendapat apresiasi lagi. Dunia menempatkannya sebagai figur transenden terbesar sepanjang masa. Lagu-lagu Bob Marley tidak hanya lagu hiburan semata namun juga telah menyentil masalah politik, etika, filsafat dan agama. Keyakinan Rastafaria yang dianut Bob Marley turut menghidupkan lagu-lagunya. Bob Marley kemudian dinobatkan sebagai Rock n Roll Hall Of Fame pada tahun 1994 dan lagu Bob Marley yang berjudul “Bob Marley & The Wailers Exodus” terpilih oleh majalah Time sebagai album terbesar abad 20. Bob Marley juga memenangkan Grammy Lifetime Achievement Award pada tahun 2001.
Kisah hidup Bob Marley juga diangkat di sebuah film yang disutradarai oleh Jeremy Marre dari Rebel Music yang telah mendapat nominasi sebagai The Best Long Form Music Video documentary at the Grammies serta mendapat penghargaan dari kategori lainnya. Film ini menceritakan tentang Bob Marley yang juga memasukkan kata-kata Marley sendiri. Nama Bob Marley juga diabadikan sebagai nama jalan di New York “Marley Boulevard”. Penghargaan dan Apresiasi pada Bob Marley tidak berhenti disitu. Masih banyak lagi penghargaan yang diterimanya walau dirinya sudah tiada.
Cerita kehidupan Bob Marley adalah sebuah arketipe yang membuat karya ciptanya abadi dan selalu dikenang orang. Ia tidak hanya bernyanyi namun juga menyentil masyarakat dan politik.Sebut saja lagunya yang berjudul “No Women No Cry” akan terus menghibur para janda dan menghapus air matanya.
“Exodus” akan terus mengilhami munculnya pahlawan-pahlawan baru.
“Redemtion Song” akan terus menjadi semangat untuk merobohkan tirani di dunia ini.
“Waiting in Vaint” akan selalu memberi semangat dan gairah dalam kehidupan.
“One Love” akan teerus mengingatkan seluruh manusia di dunia untuk bersatu tak perduli apa latar belakangnya.
Ia bisa membius semua orang agar merasakan apa yang namanya “happy” , mulai dari Mexico, Maori, Selandia Baru bahkan dari Indonesia yaitu Jogja dan Bali akan terus mengenagnya setiap tahun. Banyak penggemarnya yang meniru potongan rambutnya dan gayanya dalam berpakaian entah karena fanatic atau ikut-ikutan agar dianggap keren. Namun perlu diketahui bahwa gaya rambut dan cara berpakaian Bob Marley itu adalah sebagian dari ajaran keyakinan Rastafarian yang dianut Bob Marley.
Di Indonesia, Bob Marley diidentikkan dengan ganja padahal Bob Marley mengkonsumsi ganja adalah karena ritual dalam ajaran Ratafarian yang dianutnya sehingga Bob Marley sering memasukkan syair
tentang ganja di dalam lagu-lagunya.
Comments